Perkembangan
sejarah pencak silat di indonesia lebih tua dari pada sejarah Negara
Kesatuan Republik Indonesia itu sendiri, karena sebelumnya NKRI ini
masih berbentuk kerajaan-kerajaan kecil yang disebut dengan nama
nusantara dan belum dinamakan Indonesia seperti setelah indonesia
memproklamasikan kemerdekaannya hingga hari ini, waktu itu pencak silat
atau masih disebut silat sudah dikenal di berbagai daerah yang masih
berbentuk kerajaan-kerajaan kecil di tiap wilayah nusantara seperti
Kerajaan Aceh,
Kerajaan Mataram,Kerajaan Minangkabau,Kerajaan Kutai, Tarumanegara, Sriwijaya, dan lain-lain, sampai pada saat Kerajaan Majapahit bisa menguasai dan menyatukan kerajaan-kerajaan di nusantara dibawah satu kepemimpinan dibawah mahapatih Gajah Mada dan Rajanya Hayam Wuruk, yang selanjutnya diteruskan oleh Kerajaan Islam Demak yang juga menyatukan wilayah nusantara. pada waktu itu prajurit-prajurit di setiap kerajaan sudah dibekali dengan ketrampilan dan teknik-teknik pembelaan diri sesuai dengan teknik silat yang berkembang pada waktu itu dari berbagai daerah yang ada di nusantara, letak geografis dan etnis yang ada di nusantara waktu itu juga sangat mempengaruhi perkembangan teknik silat disetiap wilayah nusantara, bahkan dari berbagai keterangan yang ada bahwa pencak silat nusantara waktu itu juga dipengaruhi oleh budaya dan agama yang masuk ke nusantara seperti budaya hindu,budha yang dibawa oleh para pedagang dari india, china, dan juga pengaruh dari para pedagang arab dan turki yang beragama islam ataupun jauh sebelum kedatangan islam di jazirah arab, karena menurut sejarah para pedagang arab sudah menjalin hubungan dagang dengan kerajaan nusanatara jauh sebelum kedatangan islam seperti contoh kapur barus yang digunakan untuk membalsem mayat atau mummi di mesir pada waktu itu didatangkan dari daerah baros sumatera utara, dan juga dari kajian sejarah yang ada bahwa ada dua sumber besar silat yang mempengaruhi perkembangan silat di nusantara yaitu silat dari Minangkabau dan silat dari Tatar Pasundan, dan perkembangan selanjutnya tradisi silat diturunkan secara turun temurun baik dari silsilah keluarga maupun orang - orang terdekat dengan informasi yang menyebar dari mulut ke mulut, dan ditambah karena situasi setelah kedatangan penjajah di bumi nusantara, perkembangan silat memasuki era ketertutupan karena khawatir diketahui penjajah dan dianggap sebagai pemberontak, kisah-kisah para pendekar-pendekar yang digjaya bermunculan dari masa kemasa dari zaman dulu sebelum kedatangan penjajah sampai indonesia merdeka hingga hari ini, seperti kisah keperkasaan patih gajah mada dari kerajaan Majapahit,atau kisah Cindue Mato dari Kerajaan Minangkabau, Raja Sisinga Mangaraja dari Tapanuli, kepiawaian Mpu Tantular dalam membuat keris dan memainkannya dan masih sangat banyak cerita-cerita yang lainnya sebelum kedatangan penjajah di kepulauan nusantara pada abad ke 15 , dan pada zaman penjajah juga banyak kisah-kisah kependekaran dari berbagai daerah dinusantara seperti kisah Bang Pitung dari Betawi,Pangeran Diponegoro dari Jawa Tengah, Tuanku Imam Bonjol dari Minang dan kisah pejuang-pejuang lainnya yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia yang menyebar dari sabang sampai merauke.
Kerajaan Mataram,Kerajaan Minangkabau,Kerajaan Kutai, Tarumanegara, Sriwijaya, dan lain-lain, sampai pada saat Kerajaan Majapahit bisa menguasai dan menyatukan kerajaan-kerajaan di nusantara dibawah satu kepemimpinan dibawah mahapatih Gajah Mada dan Rajanya Hayam Wuruk, yang selanjutnya diteruskan oleh Kerajaan Islam Demak yang juga menyatukan wilayah nusantara. pada waktu itu prajurit-prajurit di setiap kerajaan sudah dibekali dengan ketrampilan dan teknik-teknik pembelaan diri sesuai dengan teknik silat yang berkembang pada waktu itu dari berbagai daerah yang ada di nusantara, letak geografis dan etnis yang ada di nusantara waktu itu juga sangat mempengaruhi perkembangan teknik silat disetiap wilayah nusantara, bahkan dari berbagai keterangan yang ada bahwa pencak silat nusantara waktu itu juga dipengaruhi oleh budaya dan agama yang masuk ke nusantara seperti budaya hindu,budha yang dibawa oleh para pedagang dari india, china, dan juga pengaruh dari para pedagang arab dan turki yang beragama islam ataupun jauh sebelum kedatangan islam di jazirah arab, karena menurut sejarah para pedagang arab sudah menjalin hubungan dagang dengan kerajaan nusanatara jauh sebelum kedatangan islam seperti contoh kapur barus yang digunakan untuk membalsem mayat atau mummi di mesir pada waktu itu didatangkan dari daerah baros sumatera utara, dan juga dari kajian sejarah yang ada bahwa ada dua sumber besar silat yang mempengaruhi perkembangan silat di nusantara yaitu silat dari Minangkabau dan silat dari Tatar Pasundan, dan perkembangan selanjutnya tradisi silat diturunkan secara turun temurun baik dari silsilah keluarga maupun orang - orang terdekat dengan informasi yang menyebar dari mulut ke mulut, dan ditambah karena situasi setelah kedatangan penjajah di bumi nusantara, perkembangan silat memasuki era ketertutupan karena khawatir diketahui penjajah dan dianggap sebagai pemberontak, kisah-kisah para pendekar-pendekar yang digjaya bermunculan dari masa kemasa dari zaman dulu sebelum kedatangan penjajah sampai indonesia merdeka hingga hari ini, seperti kisah keperkasaan patih gajah mada dari kerajaan Majapahit,atau kisah Cindue Mato dari Kerajaan Minangkabau, Raja Sisinga Mangaraja dari Tapanuli, kepiawaian Mpu Tantular dalam membuat keris dan memainkannya dan masih sangat banyak cerita-cerita yang lainnya sebelum kedatangan penjajah di kepulauan nusantara pada abad ke 15 , dan pada zaman penjajah juga banyak kisah-kisah kependekaran dari berbagai daerah dinusantara seperti kisah Bang Pitung dari Betawi,Pangeran Diponegoro dari Jawa Tengah, Tuanku Imam Bonjol dari Minang dan kisah pejuang-pejuang lainnya yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia yang menyebar dari sabang sampai merauke.
Bukti
tertulis mengenai asal muasal pencak silat di nusantara sangat sulit
ditemukan , paling sebagai contoh yang ada yaitu perkembangan silat di
minangkabau yang terdapat dalam tambo alam minangkabau bahwa silat atau silek
diciptakan oleh Datuk Suri Diraja dari daerah pariangan tanah datar
dilereng gunung merapi Sumatera Barat pada abad ke-XI. Kemudian silek
dibawa dan dikembangkan oleh para perantau Minang ke seluruh Asia
Tenggara seperti yang kita liat pada hari ini diberbagai negara melayu
seperti Malaysia,Brunei,Singapura,dll.
Kebanyakan
sejarah pencak silat di indonesia dikisahkan melalui legenda yang
bermacam-macam dari satu daerah dan daerah lainnya. Seperti asal mula
silat aliran Cimande yang mengisahkan tentang seorang wanita yaitu uwa
khoir yang menyaksikan pertarungan antara harimau dan monyet pada saat
mencuci baju disungai, dan kemudian ia meniru gerakan perkelahian kedua
binatang tersebut sehingga muncullah aliran silat cimande. Asal mula
ilmu silat di Indonesia kemungkinan berkembang dari keterampilan
suku-suku asli Indonesia dalam berburu dan berperang dengan menggunakan
parang, arit, golok, tombak,panah dll. Seperti yang saat ini kita liat
di berbagai suku terbelakang di indonesia yang hingga abad ke-20 relatif
belum tersentuh pengaruh dari luar seperti Suku Nias,Dayak
pedalaman,dll.
Silat
diperkirakan menyebar di kepulauan nusantara semenjak abad ke 7 masehi,
akan tetapi asal mulanya belum dapat dipastikan karena belum ada bukti
otentik tentang itu. Meskipun demikian, silat saat ini telah diakui
sebagai budaya asli Melayu dalam pengertian yang luas, yaitu para
penduduk daerah pesisir pulau sumatera dan daerah Semenanjung Malaka
serta berbagai kelompok etnik lainnya yang menggunakan Bahasa Melayu di
berbagai daerah di berbagai pulau di Indonesia seperti
jawa,bali,kalimantan, dan sulawesi dan pulau-pulau yang lainya yang juga
mengembangkan sebentuk silat tradisional mereka sendiri. Dalam Bahasa
Minangkabau, itilah silat itu sama dengan silek.
Seperti dituturkan diatas bahwa silat di kepulauan nusantara dipengaruhi oleh budaya India, Cina, Arab
dan Turki, hal ini dapat dimaklumi karena memang kebudayaan melayu
(termasuk Pencak Silat) adalah kebudayaan yang sangat terbuka yang mana
sejak awal kebudayaan Melayu telah beradaptasi dengan berbagai
kebudayaan yang dibawa oleh para pedagang maupun perantau dari India,
Cina, Arab, Turki, dan lainnya. Kebudayaan-kebudayaan itu kemudian
berasimilasi dan beradaptasi dengan kebudayaan penduduk asli. Maka
kiranya sejarah pencak silat itu lahir bersamaan dengan munculnya
kebudayaan Melayu. Sehingga, setiap daerah umumnya memiliki tokoh
persilatan yang dibanggakan. Sebagai contoh, bangsa Melayu terutama di
Semenanjung Malaka meyakini sebuah legenda bahwa hang tuah dari abad
ke-14 adalah pendekar silat yang terhebat. Hal seperti itu juga yang terjadi di Pulau Jawa, yang membanggakan mapatih gajah mada.
Perkembangan
dan penyebaran silat secara histories di nusantara mulai tercatat
ketika penyebaran dan pengajarannya banyak dipengaruhi oleh kaum Ulama,
seiring dengan penyebaran agama islam pada abad ke 14 masehi. Catatan
historis ini dinilai otentik dalam sejarah perkembangan pencak silat
yang pengaruhnya masih dapat kita lihat hingga saat ini. waktu itu
pencak silat telah diajarkan bersama-sama dengan pelajaran agama di
surau-surau seperti yang sangat membudaya diminangkabau karena pengaruh
sistem matriliniar maka anak laki-laki yang sudah baligh tidak tidur
dirumah orang tuanya tapi tidur disurau sambil belajar mengaji dan
belajar silat sama angku surau atau ustadnya. setelah itu silat lalu
berkembang dari sekedar ilmu beladiri dan kesenian tradisional rakyat,
menjadi bagian dari pendidikan bela negara untuk menghadapi penjajah.
Disamping itu juga pencak silat menjadi bagian dari latihan spiritual
dan kebatinan.
Silat
berkembang di Indonesia dan Malaysia (termasuk Brunei dan Singapura)
dan memiliki akar sejarah yang sama sebagai cara perlawanan terhadap
penjajah asing. Setelah zaman kemerdekaan, silat berkembang menjadi ilmu
bela diri formal walaupun masih banyak silat-silat di indonesia yang
masih sangat tradisional dan tertutup seperti kebiasaan di zaman
penjajajah. maka mulailah dibentuk Organisasi-organisasi silat secara
nasional seperti Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) di Indonesia, Persekutuan Silat Kebangsaan Malaysia (PESAKA) di Malaysia, Persekutuan Silat Singapore (PERSIS) di Singapura, dan Persekutuan Silat Brunei Darussalam
(PERSIB) di Brunei. dan mulai tumbuh pula puluhan perguruan-perguruan
silat di Amerika Serikat dan Eropa serta negara-negara lainnya didunia
seperti di Afrika. Silat kini telah secara resmi masuk sebagai cabang
olah raga dalam pertandingan internasional,seperti yang dipertandingkan
dalam Sea Games dan ada wacana kalau silat juga akan di pertandingkan di
ajang Olimpiade.
Pencak
Silat sebagai bagian dari kebudayaan bangsa Indonesia berkembang
sejalan dengan sejarah masyarakat Indonesia. Dengan aneka ragam situasi
geografis dan etnologis serta perkembangan zaman yang dialami oleh
bangsa Indonesia, Pencak Silat dibentuk oleh situasi dan kondisinya.
Kini Pencak Silat kita kenal dengan wujud dan corak yang beraneka ragam,
namun mempunyai aspek-aspek yang sama. Pencak Silat merupakan
unsur-unsur kepribadian bangsa Indonesia yang dimiliki dari hasil budi
daya yang turun temurun. Sampai saat ini belum ada naskah atau himmpunan
mengenai sejarah pembelaan diri bangsa Indonesia yang disusun secara
alamiah dan dapat dipertanggung jawabkan serta menjadi sumber bagi
pengembangan yang lebih teratur. Hanya secara turun temurun dan bersifat
pribadi atau kelompok latar belakang dan sejarah pembelaan diri inti
dituturkan. Sifat-sifat ketertutupan karena dibentuk oleh zaman
penjajahan di masa lalu merupakan hambatan pengembangan di mana kini
kita yang menuntut keterbukaan dan pemassalan yang lebih luas. Sejarah
perkembangan Pencak Silat secara selintas dapat dibagi dalam kurun waktu
:
a. Perkembangan sebelum zaman penjajahan Belanda
b. Perkembangan pada zaman penjajahan Belanda
c. Perkembangan pada zaman penjajahan Jepang
d. Perkembangan pada zaman kemerdekaan
a. Perkembangan pada zaman sebelum penjajahan Belanda
Nenek
moyang kita telah mempunyai peradaban yang tinggi, sehingga dapat
berkembang menjadi rumpun bangsa yang maju. Daerah-daerah dan
pulau-pulau yang dihuni berkembnag menjadi masyarakat dengan tata
pemerintahan dan kehidupan yang teratur. Tata pembelaan diri di zaman
tersebut yang terutama didasarkan kepada kemampuan pribadi yang tinggi,
merupakan dasar dari sistem pembelaan diri, baik dalam menghadapi
perjuangan hidup maupun dalam pembelaan berkelompok.
Para
ahli pembelaan diri dan pendekar mendapat tempat yang tinggi di
masyarakat. Begitu pula para empu yang membuat senjata pribadi yagn
ampuh seperti keris, tombak dan senjata khusus. Pasukan yang kuat di
zaman Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit serta kerajaan lainnya di masa
itu terdiri dari prajurit-prajurit yang mempunyai keterampilan pembelaan
diri individual yang tinggi. Pemukupan jiwa keprajuritan dan kesatriaan
selalu diberikan untuk mencapai keunggulan dalam ilmu pembelaan diri.
Untuk menjadi prajurit atau pendekar diperulan syarat-syarat dan latihan
yang mendalam di bawah bimbingan seorang guru. Pada masa perkembangan
agama Islam ilmu pembelaan diri dipupuk bersama ajaran kerohanian.
Sehingga basis-basis agama Islam terkenal dengan ketinggian ilmu bela
dirinya. Jelaslah, bahwa sejak zaman sebelum penjajahan Belanda kita
telah mempunyai sistem pembelaan diri yang sesuai dengan sifat dan
pembawaan bangsa Indonesia.
b. Perkembangan Pencak Silat pada zaman penjajahan Belanda
Suatu
pemerintahan asing yang berkuasa di suatu negeri jarang sekali memberi
perhatian kepada pandangan hidup bangsa yang diperintah. Pemerintah
Belandan tidak memberi kesempatan perkembangan Pencak Silat atau
pembelaan diri Nasional, karena dipandang berbahaya terhadap
kelangsungan penjajahannya. Larangan berlatih bela diri diadakan bahkan
larangan untuk berkumpul dan berkelompok. Sehingga perkembangan
kehidupan Pencak Silat atau pembelaan diri bangsa Indonesia yang dulu
berakar kuat menjadi kehilangan pijakan kehidupannya. Hanya dengan
sembunyi-sembunyi dan oleh kelompok-kelompok kecil Pencak Silat
dipertahankan. Kesempatan-kesempatan yang dijinkan hanyalah berupa
pengembangan seni atau kesenian semata-mata masih digunakan di beberapa
daerah, yang menjurus pada suatu pertunjukan atau upacara saja. Hakekat
jiwa dan semangat pembelaan diri tidak sepenuhnya dapat berkembang.
Pengaruh dari penekanan di zaman penjajahan Belanda ini banyak mewarnai
perkembangan Pencak Silat untuk masa sesudahnya.
c. Perkembangan Pencak Silat pada pendudukan Jepang
Politik
Jepang terhadap bangsa yang diduduki berlainan dengan politik Belanda.
Terhadap Pencak Silat sebagai ilmu Nasional didorong dan dikembangkan
untuk kepentingan Jepang sendiri, dengan mengobarkan semangat pertahanan
menghadapi sekutu. Di mana-mana atas anjuran Shimitsu diadakan
pemusatan tenaga aliran Pencak Silat. Di seluruh Jawa serentak didirkan
gerakan Pencak Silat yang diatur oleh Pemerintah. Di Jakarta pada waktu
itu telah diciptakan oleh para pembina Pencak Silat suatu olarhaga
berdasarkan Pencak Silat, yang diusulkan untuk dipakai sebagai gerakan
olahraga pada tiap-tiap pagi di sekolah-sekolah. Usul itu ditolak oleh
Shimitsu karena khawatir akan mendesak Taysho, Jepang. Sekalipun Jepang
memberikan kesempatan kepada kita untuk menghidupkan unsur-unsur warisan
kebesaran bangsa kita, tujuannya adalah untuk mempergunakan semangat
yang diduga akan berkobar lagi demi kepentingan Jepang sendiri bukan
untuk kepentingan Nasional kita.
Namun
kita akui, ada juga keuntungan yang kita peroleh dari zaman itu. Kita
mulai insaf lagi akan keharusan mengembalikan ilmu Pencak Silat pada
tempat yang semula didudukinya dalam masyarakat kita.
d. Perkembangan Pencak Silat pada Zaman Kemerdekaan
Walaupun
di masa penjajahan Belanda Pencak Silat tidak diberikan tempat untuk
berkembang, tetapi masih banyak para pemuda yang mempelajari dan
mendalami melalui guru-guru Pencak Silat, atau secara turun-temurun di
lingkungan keluarga. Jiwa dan semangat kebangkitan nasional semenjak
Budi Utomo didirikan mencari unsur-unsur warisan budaya yang dapat
dikembangkan sebagai identitas Nasional. Melalui Panitia Persiapan
Persatuan Pencak Silat Indonesia maka pada tanggal 18 Mei 1948 di
Surakarta terbentuklah IPSI yang diketuai oleh Mr. Wongsonegoro.
Program
utama disamping mempersatukan aliran-aliran dan kalangan Pencak Silat
di seluruh Indonesia, IPSI mengajukan program kepada Pemerintah untuk
memasukan pelajaran Pencak Silat di sekolah-sekolah.
Usaha
yang telah dirintis pada periode permulaan kepengurusan di tahun lima
puluhan, yang kemudian kurang mendapat perhatian, mulai dirintis dengan
diadakannya suatu Seminar Pencak Silat oleh Pemerintah pada tahun 1973
di Tugu, Bogor. Dalam Seminar ini pulalah dilakukan pengukuhan istilah
bagi seni pembelaan diri bagnsa Indonesia dengan nama Pencak Silat yang
merupakan kata majemuk. Di masa lalu tidak semua daerah di Indonesia
menggunakan istilah Pencak Silat. Di beberapa daerah di jawa lazimnya
digunakan nama Pencak sedangkan di Sumatera orang menyebut Silat. Sedang
kata pencak sendiri dapat mempunyai arti khusus begitu juga dengan kata
silat.
Pencak,
dapat mempunyai pengertian gerak dasar bela diri, yang terikat pada
peraturan dan digunakan dalam belajar, latihan dan pertunjukan.
Silat,
mempunyai pengertian gerak bela diri yang sempurna, yang bersumber pada
kerohanian yang suci murni, guna keselamatan diri atau kesejahteraan
bersama, menghindarkan diri/ manusia dari bela diri atau bencana. Dewasa
ini istilah pencak silat mengandung unsur-unsur olahraga, seni, bela
diri dan kebatinan. Definisi pencak silat selengkapnya yang pernah
dibuat PB. IPSI bersama BAKIN tahun 1975 adalah sebagai berikut :
Pencak
Silat adalah hasil budaya manusia Indonesia untuk
membela/mempertahankan eksistensi (kemandirian) dan integritasnya
(manunggalnya) terhadap lingkungan hidup/alam sekitarnya untuk mencapai
keselarasan hidup guna meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
Pencak Silat sebagai ajaran kerohanian
Umumnya
Pencak Silat mengajarkan pengenalan diri pribadi sebagai insan atau
mahluk hidup yang pecaya adanya kekuasaan yang lebih tinggi yaitu Tuhan
Yang Maha Esa. Biasanya, Pencak Silat sebagai ajaran
kerohanian/kebatinan diberikan kepada siswa yang telah lanjut dalam
menuntut ilmu Pencak Silatnya. Sasarannya adalah untuk meningkatkan budi
pekerti atau keluhuran budi siswa. Sehingga pada akhirnya Pencak Silat
mempunyai tujuan untuk mewujudkan keselarasan/
keseimbangan/keserasian/alam sekitar untuk meningkatkan iman dan taqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, guna mengisi Pembangunan Nasional Indonesia
dalam mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya yang Pancasilais.
Pencak Silat sebagai seni
Ciri
khusus pada Pencak Silat adalah bagian kesenian yang di daerah-daerah
tertentu terdapat tabuh iringan musik yang khas. Pada jalur kesenian ini
terdapat kaidah-kaidah gerak dan irama yang merupakan suatu pendalaman
khusus (skill). Pencak Silat sebagai seni harus menuruti
ketentuan-ketentuan, keselarasan, keseimbangan, keserasian antara
wirama, wirasa dan wiraga.
Di
beberapa daerah di Indonesia Pencak Silat ditampilkan hampir
semata-mata sebagai seni tari, yang sama sekali tidak mirip sebagai
olahraga maupun bela diri. Misalnya tari serampang dua belas di Sumatera
Utara, tari randai di Sumatera Barat dan tari Ketuk Tilu di Jawa Barat.
Para penari tersebut dapat memperagakan tari itu sebagai gerak bela
diri yang efektif dan efisien untuk menjamin keamanan pribadi.
Pencak Silat sebagai olahraga umum
Walaupun
unsur-unsur serta aspek-aspeknya yang terdapat dalam Pencak Silat tidak
dapat dipisah-pisahkan, tetapi pembinaan pada jalur-jalur masing-masing
dapat dilakukan. Di tinjau dari segi olahraga kiranya Pencak Silat
mempunyai unsur yang dalam batasan tertentu sesuai dengan tujuan gerak
dan usaha dapat memenuhi fungsi jasmani dan rohani. Gerakan Pencak Silat
dapat dilakukan oleh laki-laki atau wanita, anak-anak maupun orang
tua/dewasa, secara perorangan/kelompok.
Usaha-usaha
untuk mengembangkan unsur-unsur olahraga yang terdapat pada Pencak
Silat sebagai olahraga umum dibagi dalam intensitasnya menjadi
a. Olahraga rekreasi
b. Olahraga prestasi
c. Olahraga massal
Pada
seminar Pencak Silat di Tugu, Bogor tahun 1973, Pemerintah bersama para
pembina olahraga dan Pencak Silat telah membahas dan menyimpulkan
makalah-makalah :
1. Penetapan istilah yang dipergunakan untuk Pencak Silat
2. Pemasukan Pencak Silat sebagai kurikulum pada lembaga-lembaga pendidikan
3. Metode mengajar Pencak Silat di sekolah
4. Pengadaan tenaga pembina/guru Pencak Silat untuk sekolah-sekolah
5. Pembinaan organisasi guru-guru Pencak Silat dan kegiatan Pencak Silat di lingkungan sekolah
6. Menanamkan dan menggalang kegemaran serta memassalkan Pencak Silat di kalangan pelajar/mahasiswa.
Sebagai
tindak lanjut dari pemikiran-pemikiran tersebut dan atas anjuran
Presiden Soeharto, program olahraga massal yang bersifat penyegaran
jasmani digarap terlebih dahulu, yang telah menghasilkan program Senam
Pagi Indonesia (SPI).
Pencak Silat sebagai olahraga prestasi (olahraga pertandingan)
Pengembangan
Pencak Silat sebagai olahraga & pertandingan (Championships) telah
dirintis sejak tahun 1969, dengan melalui percobaan-percobaan
pertandingan di daerah-daerah dan di tingkat pusat. Pada PON VIII tahun
1973 di Jakarta telah dipertandingkan untuk pertama kalinya yang
sekaligus merupakan Kejuaraan tingkat Nasional yang pertama pula.
Masalah yang harus dihadapi adalah banyaknya aliran serta adanya
unsur-unsur yang bukan olahraga yang sudah begitu meresapnya di kalangan
Pencak Silat. Dengan kesadaran para pendekar dan pembina Pencak Silat
serta usaha yang terus menerus maka sekarang ini program pertandingan
olahraga merupakan bagian yang penting dalam pembinaan Pencak Silat pada
umumnya. Sementara ini Pencak Silat telah disebarluaskan di
negara-negara Belanda, Belgia, Luxemburg, Perancis, Inggris, Denmark,
Jerman Barat, Suriname, Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru.
Program pembinaan Pencak Silat
Pencak
Silat sebagai budaya Nasional bangsa Indonesia mempunyai banyak ragam
khas maisng-masing daerah, jumlah perguruan/aliran di segenap penjuru
tanah air ini diperkirakan sebanyak 820 perguruan/aliran.
Oleh
karena itu dirasakan perlu adanya pembinaan yang sistimatis untuk
melestarikan warisan nenek moyang kita. Terlebih-lebih setelah Kungfu
masuk IPSI, atas anjuran Pemerintah berdasarkan pertimbangan lebih baik
Kungfu berada di dalam IPSI sehingga lebih mudah dalam mengadakan
pengawasan dan pengendalian terhadapnya, sekaligus menasionalisasikan.
Standarisasi
yang telah dirintis pembuatannya, hanyalah untuk jurus dasar bagi
keperluan khusus olahraga dan bela diri. Sedangkan pengembangannya telah
diserahkan kepad setiap perguruan yang ada. Sistem pembinaan yang
dipakai oleh IPSI ialah setiap aspek yang ada dijadikan jalur pembinaan,
sehingga jalur pembinaan Pencak Silat meliputi :
1. Jalur pembinaan seni
2. Jalur pembinaan olahraga
3. Jalur pembinaan bela diri
4. Jalur pembinaan kebatinan
Keempat jalur ini diolah, dengan saringan dan mesin sosial budaya, yaitu Pancasila.
Peraturan Pertandingan Pencak Silat
Gelanggang
dapat di lantai atau dipanggung dan dilapisi matras dengan tebal
maksimum 5 cm, permukaan rata dan tidak memantul serta ditutup dengan
alas yang tidak licin, berukuran 9 x 9 meter.
Gelanggang terdiri dari :
Bidang Gelanggang berbentuk segi empat bujur sangkar dengan ukuran 7 x 7 m.
Bidang Laga berbentuk lingkaran dalam bidang gelanggang
Batas
Gelanggang dan bidang laga dibuat dengan garis selebar ke arah luar 5
cm dan berwarna kontras dengan permukaan gelanggang. Pada tengah-tengah
bidang laga dibuat lingkaran dengan garis tengah 2 m selebar 5 cm
sebagai batas pemisah sesaat akan dimulai pertandingan.
Lingkaran
tersebut mempunyai tanda garis lurus pada garis tengah lingkaran
selebar 5 cm. Yang sejajar dengan sisi bujur sangkar dan berwarna
kontras dengan permukaan gelanggang.
Sudut
pesilat adalah ruang pada sudut bujur sangkar yang berhadapan dan
dibatasi oleh lingkaran bidang laga. Sudut yang berhadapan lainnya
adalah sudut netral.
Perlengkapan gelanggang :
a. Ember, gelas, kain pel dan kesed dari ijuk,
b. Jam pertandingan/game match
c. Gong atau alat yang berfungsi sama
d. Lampu babak atau tanda lain untuk menentukan ronde/babak
e. Lampu pemenang berwarna merah dan biru atau alat/kode lain untuk menentukan pemenang
f. Perlengkapan lain-lain
g. Formulir pertandingan
Perlengkapan pertandingan :
a. Pakaian pertandingan, pakaian Pencak Silat berwarna hitam
b. Pelindung badan
c. Pelindung kemaluan
Pembagian kelas :
Menurut umurnya, peserta dibagi 3 golongan :
· Golongan remaja berumur di atas 14 s/d 17 tahun
· Golongan teruna berumur di atas 17 s/d 21 tahun
· Golongan dewasa berumur di atas 21 s/d 35 tahun
Menurut berat badan, pesilat dibagi dalam kelas-kelas :
Golongan Remaja :
§ Kelas A, 33 – 39 kg
§ Kelas B, di atas 36 – 39 kg
§ Kelas C, di atas 39 – 42 kg
§ Kelas D, di atas 42 – 45 kg
§ Kelas E, di atas 45 – 48 kg
§ Kelas F, di atas 48 – 51 kg
§ Kelas G, di atas 51 – 54 kg
§ Kelas H, di atas 54 – 57 kg
§ Kelas I, di atas 57 – 60 kg
Golongan Teruna :
· Kelas A, 40 – 45 kg
· Kelas B, di atas 45 – 50 kg
· Kelas C, di atas 50 – 55 kg
· Kelas D, di atas 55 – 60 kg
· Kelas E, di atas 60 – 65 kg
· Kelas F, di atas 65 – 70 kg
· Kelas G, di atas 70 – 75 kg
· Kelas H, di atas 75 – 80 kg
Dengan seterusnya selisih 5 kg, Kelas bebas, berat di atas 65 kg.
Waktu Pertandingan
Permainan
dilangsungkan dalam 3 babak yang setiap babak terdiri dari 2 menit. Di
antara babak yang satu dengan lainnya diberikan waktu istirahat 1 menit.
Waktu ketika wasit menghentikan pertandingan tidak termasuk waktu
bertanding dan perhitungan terhadap pemain yang jatuh karena serangan
yang sah tidak termasuk waktu bertanding.
Sasaran
Yang
dapat dijadikan sasaran perkenaan adalah bagian tubuh kecuali leher ke
atas dan kemaluan yaitu dada, perut, punggung dan pinggang kiri serta
kanan. Bagian tungkai lengan dapat dijadikan sasaran serangan
menjatuhkan dan mengunci tetapi tidak mempunyai nilai sebagai sasaran
perkenaan. Setiap pertandingan dipimpin oleh 1 (satu) orang wasit dan
dibantu oleh 5 (lima) orang juri penilai.
Jadii apa saja pengaruh perkembangan pencak silat?
BalasHapus