GERAKAN ISLAMISASI
NUSANTARA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Tim Penulis
panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatNya telah dilimpahkan kepada
Tim Penulis sehingga Tim Penulis dapat menyelesaikan makalah “Gerakan
Islamisasi Nusantara” yang merupakan salah satu tugas terstruktur Al Islam dan
Kemuhammadiyahan pada semester lima.
Dalam makalah ini kami membahas
mengenai bagaimana gerakan islamisasi yang terjadi di nusantara yaitu Indonesia
pada jaman awal masuknya Islam ke Indonesia sampai saat sekarang ini.
Dalam menyelesaikan makalah ini, Tim
Penulis telah abnyak mendapat bantuan dan masukan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, dalam kesempatan ini Tim Penulis ingin menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Bapak Prof., Dr., Tobroni, M.Si.
2. Pihak-pihak yang tidak dapat Penulis
sebutkan satu persatu yang telah membantu sehingga makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik dalam waktu yang tepat.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan, namun demikian telah memberikan manfaat bagi Tim
Penulis. Akhir kata Tim Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Kritik dan saran yang bersifat membangun akan Tim Penulis terima dengan
senang hati.
Malang, 14 Oktober 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelititan
D. Manfaat Penelitian
BAB II PEMBAHASAN
A. Teori-teori Islamisasi Nusantara
B. Tahap-tahap Perkembangan Islam di
Nusantara
C. Corak Islam di Nusantara
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
|
ii
iii
1
2
2
2
3
6
9
10
10
11
|
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sejak awal
masehi kawasan Asia Tenggara telah berfungsi sebagai jalur lintas perdagangan
bagi kawasan sekitarnya, Asia Timur dan Asia Selatan. Dari kawasan Asia
Selatan, hubungan pelayaran antarbenua terus berlanjut ke Barat sebelum
akhirnya mencapai Eropa. Melalui jalur perdagangan ini, kawasan Asia tenggara
pada abad-abad berikutnya, terutama pada abad ke-5 M menjadi lebih ramai dengan
hadirnya para pedagang dan pelaut yang melintasi wilayah tersebut. Maka tak
heran apabila waktu itu beberapa bandar di Asia Tenggara seperti Lamuri di Aceh
dan Perlak di Aceh Timur, Kedah di Malaysia, Martavan dan Pegu di Myanmar,
Ayuthia di Thailand dan Pandurangga di Vietnam, berubah fungsi menjadi bandar
regional. Dampak dari komunikasi internasional ini adalah masuknya pengaruh
tradisi besar ke kawasan Asia Tenggara, seperti Hindu-Budha (abad 1-5 M), Islam
(abad ke-7-13 M), dan Eropa (abad 17 M) sejalan dengan kolonialisme di
Indonesia dan Asia Tenggara umumnya (Ambary, 1998:53).
Khusus untuk
Islam, perkenalannya dengan kawasan Asia Tenggara -meskipun dalam frekuensi
yang tidak terlalu besar- dimulai sejak abad 1H/7M. Ini terjadi ketika para
pedagang Muslim yang berlayar di kawasan ini singgah untuk beberapa waktu.
Pengenalan Islam lebih intensif, khususnya di Semenanjung Melayu dan Nusantara,
berlangsung beberapa abad kemudian. Bukti tertua peninggalan arkeologi Islam di
Asia Tenggara adalah dua makam Muslim yang berangka tahun sekitar akhir abad
ke-5 H/11M di dua tempat yang sebenarnya tidak berjauhan, di Padurangga (sekarang
Panrang di Vietnam) dan Leran (Gresik Jawa Timur). Dilihat dari segi bahan yang
dibuat, tampak makam ini bukan buatan lokal. Bahan dan tulisannya yang bergaya
kufi memberi kesan kuat bahwa kedua batu nisan itu dibuat di Gujarat, India.
Sejak saat itu Islam terus merasuk di kepulauan Nusantara. Dari Malaka, proses
Islamisasi masuk ke daerah pesisir utara pulau Jawa. Di tahun 1478, kerajaan
Majapahit dikalahkan oleh koalisi kerajaan-kerajaan Islam di bawah pimpinan
Demak. Para penyebar agama Islam yang berasal dari Demak kemudian mengislamkan
Banjarmasin di Kalimantan Selatan. Maluku menjadi wilayah Islam di tahun 1498.
Orang-orang Makasar yang baru saja memeluk Islam, pada gilirannya kemudian mengislamkan Bugis serta penduduk
pulau Sumbawa dan Lombok. Bugis, setelah menerima Islam kemudian menyebarkannya
ke Flores. Secara bertahap seluruh Jawa kemudian menerima Islam (Muzani,
1993:24-25).
B. Rumusan Masalah
·
Bagaimana
tahap-tahap perkembangan Islam di Nusantara?
·
Bagaimana
proses-proses Islamisasi di Nusantara?
C.
Tujuan Penelitian
·
Mengetahui
tahap-tahap perkembangan Islam di Nusantara.
·
Mengetahui
proses-proses Islamisasi di Nusantara.
D.
Manfaat Penulisan
1. Ada banyak manfaat dari pembuatan
makalah gerakan Islamisasi Nusantara ini. Manfaat yang didapatkan antara lain :
Melatih kemampuan mahasiswa untuk menyusun makalah sesuai dengan penyusunan
yang baik dan benar.
2. Selain bermanfaat bagi penulis, makalah
ini juga bermanfaat bagi pembaca sebagai bahan referensi mengenai gerakan
Islamisasi Nusantara.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Teori Masuknya Islam ke Nusantara
Kepastian kapan dan dari mana Islam masuk di Nusantara memang tidak ada kejelasan. Setidaknya ada tiga teori yang mencoba menjelaskan tentang itu. Yaitu: Teori Gujarat, Teori Makkah, dan Teori Persia.
1. Teori Gujarat
Teori ini merupakan teori tertua yang menjelaskan tentang masuknya Islam di Nusantara. Dinamakan Teori Gujarat, karena bertolak dari pandangannya yang mengatakan bahwa Islam masuk ke Nusantara berasal dari Gujarat, pada abad ke-13 M, dan pelakunya adalah pedagang India Muslim. Ada dugaan bahwa peletak dasar teori ini adalah Snouck Hurgronje, dalam bukunya L' Arabie et les Indes Neerlandaises atau Revue de l'Histoire des Religious. Snouck Hurgronje lebih menitikberatkan pandangannya ke Gujarat berdasarkan pada: Pertama, kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran Islam di Nusantara. Kedua, adanya kenyataan hubungan dagang India-Indonesia yang telah lama terjalin. Ketiga, inskripsi tertua tentang Islam yang terdapat di Sumatera memberikan gambaran hubungan antara Sumatera dan Gujarat.
Sarjana lain yang mendukung teori ini adalah W.F. Stutterheim. Dalam bukunya De Islam en Zijn Komst In de Archipel, ia menyakini bahwa Islam masuk ke Nusantara pada abad ke-13 dengan daerah asal Gujarat di dasarkan pada: pertama, bukti batu nisan Sultan pertama Kerajaan Samudera Pasai, yakni Malik al-Shaleh yang wafat pada 1297. Sutterheim menjelaskan bahwa relif nisan tersebut bersifat Hinduistis yang mempunyai kesamaan dengan nisan yang terdapat di Gujarat. Kedua, adanya kenyataan bahwa agama Islam disebarkan melalui jalan dagang antara Indonesia-Cambai (Gujarat)-Timur Tengah-Eropa.
2. Teori Makkah
Teori ini dicetuskan oleh Hamka dalam pidatonya pada Dies Natalis PTAIN ke-8 di Yogyakarta (1958), sebagai antitesis -untuk tidak mengatakan sebagai koreksi- teori sebelumnya, yakni teori Gujarat. Di sini Hamka menolak pandangan yang mengatakan bahwa Islam masuk ke Nusantara pada abad ke-13 dan berasal dari Gujarat. Selanjutnya Hamka dalam Seminar Sejarah Masuknya Agama Islam di Indonesia (1963) lebih menguatkan teorinya dengan mendasarkan pandangannya pada peranan bangsa Arab sebagai pembawa agama Islam ke Indonesia, kemudian diikuti oleh orang Persia dan Gujarat. Gujarat dinyatakan sebagai tempat singgah semata, dan Makkah sebagai pusat, atau Mesir sebagai tempat pengambilan ajaran Islam.
Hamka menolak pendapat yang mengatakan bahwa Islam baru masuk pada abad 13, karena kenyataanya di Nusantara pada abad itu telah berdiri suatu kekuatan politik Islam, maka sudah tentu Islam masuk jauh sebelumnya yakni abad ke-7 Masehi atau pada abad pertama Hijriyah.
Argumentasi Hamka ini tidak lepas dari kritik, diantaranya ialah adanya kesulitan dalam membedakan antara ajaran Syi'ah dengan madzhab Syafi'i. Juga adanya kenyataan peninggalan upacara Syi'ah dalam masyarakat Indonesia seperti, peringatan 10 Muharram atau Asyura dan Tabut Hasan Husain. Cara membaca al-Qur`an pun mempunyai kesamaan dengan Persia dari pada Arab.
Menanggapi kritikan di atas, Hamka mengingatkan kembali tentang sikap umat Islam Indonesia yang menyukai sejarah Hasan Husain, dan juga menampakkan kecintaan yang dalam terhadap keluarga Nabi Muhammad, tetapi hal itu tidak berarti menganut paham Syi'ah. Selain itu, Hamka juga mengakui adanya peninggalan ajaran Syi'ah di Indonesia, tetapi ia menolak dengan keras usaha sementara sarjana -terutama para orientalis- yang mencoba memberikan informasi sejarah yang bertujuan memisahkan Islam Indonesia dengan Makkah dan Arab dengan bahasa Arabnya.
3. Teori Persia
Pencetus teori ini adalah P.A. Hoesein Djajadiningrat. Teori ini berpendapat bahwa agama Islam yang masuk ke Nusantara berasal dari Persia, singgah ke Gujarat, sedangkan waktunya sekitar abad ke-13. Nampaknya fokus Pandangan teori ini berbeda dengan teori Gujarat dan Makkah, sekalipun mempunyai kesamaan masalah Gujaratnya, serta Madzhab Syafi'i-nya. Teori yang terakhir ini lebih menitikberatkan tinjauannya kepada kebudayaan yang hidup di kalangan masyarakat Islam Indonesia yang dirasakan memiliki persamaan dengan Persia (Morgan, 1963:139-140). Di antaranya adalah:
Pertama, Peringatan 10 Muharram atau Asyura sebagai hari peringayan Syi'ah atas syahidnya Husein. Peringatan ini berbentuk pembuatan bubur Syura. Di Minangkabau bulan Muharram disebut bulan Hasan-Husein. Di Sumatera Tengah sebelah barat disebut bulan Tabut, dan diperingati dengan mengarak keranda Husein untuk dilemparkan ke sungai. Keranda tersebut disebut tabut diambil dari bahasa arab.
Kedua, adanya kesamaan ajaran antara Syaikh Siti Jenar dengan ajaran Sufi Iran alHallaj, sekalipun al-Hallaj telah meninggal pada 310H / 922M, tetapi ajarannya berkembang terus dalam bentuk puisi, sehingga memungkinkan Syeikh Siti Jenar yang hidup pada abad ke16 dapat mempelajarinya.
Ketiga, penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab, untuk tandatanda bunyi harakat dalam pengajian al-Qur`an tingkat awal. Keempat, nisan pada makam Malik Saleh (1297) dan makam Malik Ibrahim (1419) di Gresik dipesan dari Gujarat. Dalam hal ini teori Persia mempunyai kesamaan muthlak dengan teori Gujarat.
Kritikan untuk teori Persia ini dilontarkan oleh K.H. Saifuddin Zuhri. Ia menyatakan sukar untuk menerima pendapat tentang kedatangan Islam ke Nusantara berasal dari Persia. Alasannya bila kita berpedoman pada masuknya Islam ke Nusantara pada abad ke-7, hal ini berarti terjadi pada masa kekuasaan Khalifah Umayyah. Saat itu kepemimpinan Islam di bidang politik, ekonomi dan kebudayaan berada di tangan bangsa Arab, sedangkan pusat pergerakan Islam berkisar di Makkah, Madinah, Damaskus dan Bagdad, jadi belum mungkin Persia menduduki kepemimpinan dunia Islam (Zuhri, 1979:188).
B.
Tahap-tahap Perkembangan Islam di Nusantara
1.
Proses Masuk dan Berkembangnya Agama Islam di
Indonesia
Sejarah mencatat bahwa
kaum pedagang memegang peranan penting dalam persebaran agama dan kebudayaan
Islam. Letak yang strategis menyebabkan timbulnya Bandar-bandar pedagang yang
turut membantu mempercepat persebaran tersebut. Disamping itu cara lain yang
trurt berperan penting dalam penyebaran Islam di Nusantara ialah melalui dakwah
yang dilakukan oleh para mubaligh.
2.
Penyebaran Islam Melalui Peranan Kaum Pedagang
Proses
islamisasi di nusantara berawal dari datangnya para pedagang, karena jiwa yang
dimiliki umat islam khususnya bangsa arab sejak zaman sebelum islam dan
didukung semangat menyebarkan islam merupakan jihad yang mendorong umat islam
terlibat dalam dunia perdagangan. Sambil berdagang mereka memiliki kewajiban
menyebarkan ajaran islam yang dibawa oleh Muhammad SAW.
Nusantara
yang merupakan jalur perdagangan Internasional sejak abad pertama masehi
membuat pedagang-pedagang muslim (Arab, Persia, India) turut ambil bagian dalam
perdagangan. Mereka mendatangi pusat-pusat perniagaan di daerah pesisir. Mereka
tinggal di tempat-tempat tersebut dalam waktu yang lama untuk berdagang sambal
memperkenalkan budaya, adat istiadat bahkan agama. Bukan hanya dengan
perdagangan tapi juga dengan asimilasi dan perkawinan. Setelah itu penduduk
setempat yang telah memeluk islam memperkenalkan ke familinya, Dan akhirnya
islam mulai berkembang di masyarakat.
3.
Penyebaran Islam Melalui Peranan Bandar-Bandar di
Indonesia
Bandar merupakan tempat berlabuh
atau bersinggahnya kapal-kapal pedagang, bahkan juga sebagai tempat tinggal
para pengusaha perkapalan. Di Bandar inilah para pedagang yang beragama Islam
memperkenalkan Islam kepada masyarakat sekitar.
Dalam perkembangannya,
Bandar-bandar tersebut umumnya tumbuh menjadi kota bahkan ada yang menjadi
kerajaan, seperti Perlak, Samudera Pasai, Palembang, Banten, Sunda Kelapa,
Cirebon, Demak, Jepara, Tuban, Gresik, Banjarmasin, Gowa, Tidore, dan Ternate.
4.
Penyebaran Islam Melalui Perkawinan
Para
pedagang selain melakukan kegiatan perniagaan dengan warga pribumi mereka juga
melakukan perkawinan karena perdagangan internasional membutuhkan waktu yang
lama, sebagai manusia normal tentu membutuhkan teman hidup. Puteri-putri
bangsawan banyak yang tertarik untuk menjadi isteri saudagar-saudagar itu.
Sebelum
menikah mereka wajib diislamkan dahulu karena itu merupakan hal yang wajib bagi
para warga pribumi jika ingin diperisteri oleh pedagang islam. Setelah
perkawinan mereka memiliki keturunan, maka lingkunganpun semakin meluas,
Akhirnya dalam waktu yang lama terbentuklah perkampungan, daerah-daerah dan
pada akhirnya terbentuklah kerajaan-kerajaan islam.
5.
Penyebaran Islam Melalui peran Para Wali dan Ulama
Salah
satu cara penyebaran islam yaitu melalui jalur dakwah. Disamping sebagai
pedagang, para pedagang muslim juga berperan sebagi mubaligh. Para mubaligh
mendatangi masyarakat sebagai objek dakwah, dengan menggunakan pendekatan
social budaya. Pola ini memakai bentuk akulturasi, yaitu menggubakan budaya
setempat dengan disisipi ajaran islam didalamnya.
Di
pualu Jawa sendiri penyebaran agama islam dilakukan oleh para walisongo. Peran wali Sanga dalam penyebaran Islam
di Indonesia, terutama di Jawa nampaknya tidak dapat di sangkal lagi. Besarnya
jasa mereka dalam mengislamkan tanah Jawa telah menjadi catatan yang masyhur
dalam kesadaran masyarakat Islam Jawa. Ada yang menganggap “Walisongo”-lah perintis awal gerakan dakwah
Islam di Indonesia. Karena jika dilihat pada fase sebelumnya, islamisasi di
Nusantara lebih dilaksanakan oleh orang perorangan tanpa manajemen organisasi.
Tetapi dalam kasus Walisanga ini, aspek manajemen keorganisasian telah mereka
fungsikan. Yakni, mereka dengan sengaja menempatkan diri dalam satu kesatuan organisasi dakwah
yang diatur secara rasional, sistematis, harmonis, tertentu dan kontinue serta
menggunakan strategi, methode dan fasilitas dakwah yang betul-betul efektif.
6.
Penyebaran Islam
melalui Pondok Pesantren
Sejak
awal perkembangan Islam, pendidikan mendapat prioritas utama masyarakat Islam.
Pendidikan Islam dilaksanakan secara informal. Setiap ada kesempatan mereka
memberikan pendidikan dan pengajaran tentan islam, dengan perbuatan berupa
contoh dan suri tauladan sehingga masyarakat menghormati dan tertarik dengan
islam.
Langgar
atau Surau menjadi tempat islamisasi dengan mengenal dan membaca Al-Quran yang
diajarkan oleh guru ngaji tanpa dibayar dan dipungut biaya. Pondok Pesantren
bermula dari rumah kecil yang terletak disekitar masjid, lalu berkembang
menjadi suatu sistim pendidikan yang memiliki beberapa elemen, yaitu Pondok,
Mesjid, Pengajaran Kitab Klasik, Santri dan Kiyai.
7.
Penyebaran Agama Islam melalui Tasawuf
Penyebaran
islam melalui tasawuf merupakan cara yang sangat efektif unuk menarik pribumi
masuk ke dalam agama islam, para sufi atau pengajar-pengajar tasawuf
mengajarkan Teosofi yang bercampur dengan ajaran yang sudah lama dikenal oleh
masyarakat Indonesia. Mereka mahir dalam hal-hal magis dan mempunyai kekuatan
untuk menyembuhkan. Di antara mereka juga mengawini putri-putri bangsawan
setempat.
Dengan
tasawuf “bentuk” islam yang diajarkan kepada penduduk pribumi mempunyai
kesamaan dengan alam pikiran mereka yang sebelumnya menganut agama Hindu,
sehingga agama baru itu mudah dimengerti dan diterima. Diantara para ahli
tasawuf yang memiliki ajaran yang memiliki ajaran yang mengandung persamaan
dengan alam pikiran Indonesia Pra-Islam adalah Hamzah Fansuri di Aceh, Syekh
Lemah Abang, dan Sunan Panggung di Jawa.
8.
Penyebaran Islam melalui Kesenian
Para
ulama kyai maupun para sunan berusaha agar islam mudah diterima dengan berbagai
metode, di antaranya adalah melalui kesenian, karena merupakan hiburan bagi
masyarakat pada zamannya sehingga kesenian ini memiliki daya Tarik yang sangat
besar bagi kaum pribumi yang fungsinya adalah menghibur sekaligus mengajak
orang-orang yang menganut agama lama untuk memeluk agama islam.
Karena
perbedaan yang mencolok antara islam dengan Hindu dan Budha yang dianggap
diskriminatif, islam dating dengan memberi rahmat bagi penduduk pribumi. Salah
satu kesenian yang digunakan dalam penyebaran islam di Indonesia yaitu wayang,
oleh Sunan Kali Jaga.
9.
Penyebaran Islam melalui Kekuasaan (Politik)
Kekuasaan
politik pada suatu masyarakat sangat menentukan perkembangan agama islam karena
dengan kekuasaan inila perkembangan islam mendapat dukungan dari para penguasa
tanpa adanya hambatan bahkan justru mendapat angina segar dalam penyebarannya
dan merupakan factor yang sangat penting dalam proses islamisasi dalam
masyarakat.
C.
Corak Islam di Indonesia
Islam
di Indonesia pada dasarnya memiliki corak dan karakter yang beragam, baik dari
sisi pemikiran maupun gerakan, Keragaman ini tercermin dari jumlah organisasi
keislaman dan kelompok kepentingan atas nama Islam yang dari waktu ke waktu
semakin bervariasi.
Dari
sisi gerakan dan organisasi massa, ada Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, dll.
Dalam organisasi kepemudaan dikenal IMM, HMI, KAMMI, dll. Sedangkan dalam
kelompok kepentingan dikenal seperti FPI, Hizbut Tahrir, dll. Sampai dalam
partai politik ada PBB, PPP, PKB, dll.
Berbagai
varian organanisasi maupun kelompok kepentingan tidak jarang mengalami gesekan
maupun ketegangan. Berbagai faktor muncul sebagai penyebab dari adanya
pergesekan ini seperti perebutan kekuasaan politik dan ekonomi.
Varian-varian
baru Muslim yang muncul sebagai akibat dari respons berbeda terhadap
modernisasi terjadi di Indonesia. Indonesia acap kali disebut Negara secular
dan bukan pula “Negara agama”. Posisi yang seperti itu memeberikan peluang
terjadinya pergulatan di kalangan Muslim dalam mendefinisikan universalisme
agama dan hal tersebut didukung bahwa Indonesia ini merupakan Negara yang
sangat plural dan multikultural.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Berbagai teori mengenai masuknya Islam
ke Nusantara dikemukakan dengan keunggulan dan kelemahan masing-masing. Teori
terkuat sampai saat ini ada 3 yaitu Teori Gujarat, Teori Makkah, dan Teori
Persia.
2. Perkembangan Islam di Nusantara
mengalami tahap-tahap secara berkala dengan pedagang memegang peranan penting
dalam masuknya Islam ke Nusantara dikarenakan letak Nusantara sebagai jalur
perdagangan.
3. Tahap-tahap perkembangan Islam di
Nusantara mengalami kemajuan dengan berbagai pihak yang setia menyebarkannya
antara lain Wali Songo dengan dakwahnya yang bervariasi dan menerapkan
akulturasi budaya sebagai jalan dakwanya.
4. Seiring berkembangnya modernisasi, Islam
juga mengalami pergeseran menuju era modern ditandai dengan munculnya
variasi-variasi gerakan maupun kelompok kepentingan yang mengatas namakan Islam
yang sering kali mengalami pergesekan demi kepentingan pribadi maupun kelompok.
5. Gerakan Islamisasi di Nusantara masih
berlanjut sampai sekarang untuk memurnikan ajaran Islam yang dipelopori oleh
Muhammadiyah dengan dahwah Amar Ma’ruf Nahi Munkar dengan Al-Qur’an dan As-sunnah
sebagai sumber utama dan pertama yang menjadi rujukan Agama Islam.
B.
Saran
1. Gerakan Islamisasi di Nusantara selaknya
terus diperjuangkan untuk mengembalikan Islam yang seungguhnya dengan dasar
utama yaitu Al-Qur’an dan As-sunnah.
2. Munculnya kelompok kepentingan maupun
organisasi yang bervariasi dengan mengatas namakan Islam selayaknya bukan
memperlemah kedudukan Islam namun harusnya malah bisa memperkuatnya dengan
mengurangi berbagai gesekan maupun benturan antar organisasi atau kelompok
kepentingan tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Amien, Saiful.
2012. Al-Islam Kemuhammadiyahan. Malang:
UMM Press.
love u mas andy hahahahaha aku dgaekne makalah
BalasHapusCitizen Titanium's Dive Watch
BalasHapusThe Citizen, which dental implants combines the advanced tech of a smartwatch design with the power ford escape titanium for sale of its own, ecm titanium is a nano titanium ionic straightening iron dive-in style watch for recreational titanium bolt users.
dv989 restocks sverige,restocksslovensko,vans reppu,vanschile,vans shoes,restocks slovenia,restocks opinie,vans hrvatska,vansschuhe js047
BalasHapus